saman-panti

Anak yang tinggal di panti asuhan, baik karena yatim piatu, yatim, piatu, dhuafa atau orang tua dan keluarganya tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajar menjadikan anak memiliki perasaan inferioritas (rendah diri). Hal ini dikarenakan banyak hal, antara lain, 1) karena anak merasa tidak seberuntung anak lain, 2) sebutan anak yang tinggal di panti asuhan dengan label anak panti menjadikan mereka merasa lebih rendah dari pada anak pada umumnya, 3) streotip masyarakat terhadap anak panti yaitu anak yang harus dikasihani menjadikan anak panti merasa tidak percaya diri ketika bergaul dengan teman lainnya atau masyarakat di luar dunianya. Dalam pandangan Adler, perasaan inferioritas memiliki nilai positif karena dengan adanya perasaan inferiotas menjadikan seseorang memiliki keinginan untuk berjuang ke arah superioritas. Perasaan superioritas merupakan dorongan kuat ke arah kesempurnaan.

Perasaan inferioritas termanipulasi lewat gaya hidup. Sebagaimana anak asuh di Panti Asuhan Yatim (PAY) Putri Aisyiyah Yogyakarta sangat mudah mengikuti gaya hidup teman yang sebaya. Hal ini merupakan usaha anak panti untuk sama atau meningkatkan kepercayaan diri mereka tampil dan bergaul dengan masyarakat yang lebih luas dengan cara mengikuti gaya hidup teman sebayanya. Imitasi gaya hidup tentunya memberikan nilai positif dan negatif bagi anak panti. Nilai positifnya adalah anak panti merasa bangga, percaya diri dan adanya usaha untuk mencapai persamaan dengan anak pada umumnya. Sedangkan nilai negatifnya adalah anak panti sering memaksakan diri untuk dapat bergaya hidup sama dengan anak pada umumnya yang pada hakikatnya anak panti tidak mampu untuk sama secara materi dengan anak lain.

Perasaan inferioritas anak panti juga menumbuhkan superioritas dalam ranah pendidikan. Anak panti menyadari bahwa mereka tidak mampu untuk dapat sama secara materi dengan anak pada umumnya yang kedua orang tuanya mampu mencukupi secara keseluruhan kebutuhan mereka. Dari situlah, keinginan dan semangat anak panti mucul untuk berjuang agar mereka tidak direndahkan oleh orang lain, khususnya oleh teman-temannya dengan cara berprestasi dengan baik. Kebutuhan dan keinginan anak panti yang sering tidak terpenuhi juga memberikan nilai positif bagi anak karena pada dasarnya manusia selalu berjuang untuk mencapai apa-apa yang tidak mereka miliki atau belum didapatkan.

Anak yang tinggal di panti asuhan juga kehilangan figur/sosok seseorang yang hebat dalam hidupnya. Mereka lebih banyak belajar hidup dari keadaan yang begitu keras untuk anak di usia mereka. Mereka kehilangan kasih sayang dan kedekatan emosional dengan orang-orang tercinta. Anak yang kemudian mengalah dengan keadaan hidup, mereka yang pada akhirnya memilih untuk keluar atau menyerah dengan keadaan mereka. Akan tetapi, anak yang menyadari dan menerima keadaanya yang kemudian mereka memiliki tingkat superioritas yang tinggi untuk dapat mewujudkan apa-apa yang mereka inginkan.